selamat anda menjadi pengunjung ke

0

Cinta dan Benci Akan Selalu Bersama

Minggu, 18 November 2012
Share this Article on :
....


Batas cinta dan benci konon setipis kulit bawang. Kepada orang yang (pernah) kita cinta setengah mati, suatu saat kita bisa benci sampai mati.. Iya, sumbernya memang sama, yaitu hati. Ketika kini aku membencimu, itu karena aku mencintaimu sampai pada titik di mana hatiku hancur menyerpih karenanya. Sikapmu ituloh yang membuatku begitu.. Hoho

Ada ungkapan orang Batak–walaupun nggak menggambarkan karakter pemilik ungkapan itu ya–
indang di ho, indang di ahu, tumagonan ma tu begu . Artinya kira-kira, “gue ngga dapet, elo juga ngga boleh dapet, mending buat hantu sekalian!” Inilah barangkali yang menjadi ruh dari SMS bernada geram seram dan semacam“Lo udah buat idup gw hancur. Sekarang giliran idup elo gw buat berantakan!”Ketika Anda hubungi kembali, nomor pengirim SMS itu sudah tak aktif. Mungkin hantu yang SMS dah balik ke alam baka kali yah. hiii

ato SMS kek gini
makasih ya buat semua, moga kau bahagia dengannya..wah, baik amat ya, udah ngucapin terimakasih di doain bahagia lagi. Sering- sering ajalah kek gitu biar dapat doa teruz.

atau mungkin malah menyebar kata-kata yang memedihkan itu di jejaring sosial, mungkin di facebook.
"gua ga nyangka dia kek gitu ma gua, tega banget dia, kejam banget ma gua". wuih cuy, alangkah sedihnya status kek gitu. Yang lebih sedih lagi ratusan teman yang update status pada tau semua kalo dia memang sangat menyedihkan dan menyakitkan. Sampai- sampai puluhan orang menyukai statusnya. Bayangkan cuy, puluhan orang suka dengan status yang kek gitu. Yang nge- Like status kek gitu Teman apa Lawan yah, tapi yang ada cuma daftar Teman, daftar lawan ga ada di FB. He he Hati-hati dengan kalimat update status, karena bisa jadi senjata untuk melukaimu. (jangan sampai update senjata tajam yah).

Okelah, kita kembali ketopik semula lupain dulu FB nya. Sampai di sini, defenisi itu, bahwa mencintai berarti menginginkan kebahagiaan untuknya, walau tak harus bersamanya atau memilikinya , menjadi basa- basi yang beneran jadi basi. Atau kita memang tak pernah mencintai siapapun, kecuali diri kita sendiri? Maka ketika diri kita–satu- satunya orang yang kita cintai itu–tersakiti, pelakunya harus merasakan sakit yang sama, plus bonusnya tentu saja bisa 2kali ato ampe 5-10kali lipatnya.., sekalipun ia adalah seseorang yang, once upon a time , kita sebut sebagai yang tercinta. Cinta memang kejam yah.. (kok malah nyalain cinta, orangnya tuh yang kejam..) hahai cinta ga ngapa- ngapain kena aja ya. Kacian cintanya, cup cup cup..

Yang lebih kacaunya, seringkali tak ada siapapun yang menyakiti kita sebenarnya, kecuali diri kita sendiri. Merasa disakiti oleh perasaan perasaan, fikiran dan unek-unek tentangnya yang menusuk-nusuk di hati. Tapi meskipun kenyataan belum terlihat jelas dimata, kita harus menemukan seorang terdakwa untuk penderitaan yang sedang dirasakan itu, dan orang itu adalah dia! Judulnya menjadi
"Sayank, Demi kebahagianku Kau harus rela jadi terdakwa dari semua kesakitanku". duh so sweetnya.. Weeek.. (:emo_muntah Jadi inget ungkapan orang Batak lainnya. (Douh, kok jadi sangat Batak nih tulisan). Hassit mulak mangido, humassitan mulak mangalean . Emang sakit ketika permintaan kita ditolak, tapi ngga sesakit kalau yang ditolak itu pemberian. Apalagi kalau yang diberikan itu adalah hati… Ketakutan akan penolakan, telah menjadi teror yang menyeramkan dalam kehidupan, yang mewarnai kisah nyata umat manusia, juga skenario rekaan di layar sinema. Dan kebanyakan jadi korban adalah remaja yang beranjak dewasa. Menyedihkan banget yah, jadi korban film. Hihi

Kita kadang sulit menakar, mana yang lebih perih: cinta yang tak pernah diucapkan, atau cinta yang terucap, tetapi berujung penolakan. Tapi, apakah kita punya hak membenci seseorang, hanya karena dia tidak menerima hati yang kita berikan? Apakah kita boleh mengatakan,
“Karena cintaku tak kau butuhkan, berarti yang kau perlukan dariku adalah kebencian?” hondeh mak, padiahnyo lai.. Atau bahkan "maaf, bila kau tak lagi bisa mencintaiku, aku takkan pernah bisa jadi sahabatmu.." wow!! Sepertinya orang ini memang ga butuh sahabat yah.. Moga aja kita terhindar jauh dari orang yang seperti itu. Amiin.. (jadi mendo'a neh..)

Entahlah… Tetapi saya, dan banyak orang yang saya kenal, pernah seperti itu, melakukan hal konyol diatas. Sampai kemudian saya tahu, cinta yang ditolak bukanlah akhir segalanya. Benar, semua memang akan berakhir jika cinta yang “ditolak” itu kemudian kita biarkan melintasi batasnya yang setipis kulit bawang, menjadi kebencian. Orang yang tadinya masih agak Simpati dan menganggap kita Fren, pasti berubah menjadi Mentari, membakar kita dengan bara amarahnya. Apalagi pondasi orangnya disusun batu pendendam.. Bakal kacau tu dunia..

Padahal ada option yang lebih baik lo. (1) Pamit baik-baik, mengemas kembali tumpahan hati yang tak menemukan muaranya itu, mencari samudera lain yang membutuhkannya, yang benar-benar bisa menghargainya.

ATAU

(2) Jika sungguh tak bisa pindah ke lain hati, tetaplah mencintainya, karena sebenarnya, tak siapapun yang bisa menolak persembahan cinta. Bukankah mencintai adalah hak setiap orang? Tetapi tentu saja, mencintalah dari jauh, melayarkan rindu yang tak pernah kunjung berlabuh. Sayangi dirinya tanpa membuatnya merasa terganggu. Panjatkan do’a untuknya, walau dia tak pernah tau, memohonkan bahagia untuknya, walau kebahagiaanitu dibaginya bukan denganmu.

Menyedihkan? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Yang jelas, itu tidak sekonyol cinta yang bermutasi jadi benci dan penuh dendam tadi. Lagian, Tuhan konon menyimpan sebuah janji rahasia di langit sana: bahwa tak ada balasan bagi cinta sejati, kecuali cinta sejati pula. (hayo sapa yang udah ke langit..) hehe Siapa tau, semua ini cuma persoalan waktu…





Diedit seperlunya dari Artikel : Toga Nainggolan


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar


Ping your blog, website, or RSS feed for Free ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free