selamat anda menjadi pengunjung ke

0

AKU,si pengecut penikmat senyummu :)

Minggu, 18 November 2012
Share this Article on :
....

:)Untukmu, sebab dari lamunan dan diamku. Aku memutar otak, berharap wajahmu kembali berotasi dalam jutaan sel yang berada di otakku. Aku berharap bayangmu kembali mengalir menuju otak kanan, lalu bermuara di otak kiri sehingga aku :)bisa menghasilkan tulisan. Tahukah kamu kalau aku membutuhkan waktu beberapa menit untuk sekedar mematung dan terdiam? Hanya untuk memikirkan dan mengingatmu kembali, hanya untuk mereka reka ulang kata-kata manis yang terlontar pasti dari bibirmu, agar bisa menggambarkanmu dalam persepsiku. Tak ada yang bisa memastikan bahwa pada akhirnya takdir :)mengecoh kita. Takdir meluruhkan asa dan harap, menjebak kita pada suatu lini masa yang biasa kita sebut pertemuan. Siapa yang bisa menyangka?

Awalnya, matamu dan senyummu tak berarti apa-apa bagiku. Hingga akhirnya tatapan matamu, mulai menjadi hal yang tak biasa dimataku. Aku tahu semua berubah menjadi begitu indah, :)sejak pembicaraan yang sederhana menjadi pembicaraan spesial yang begitu menyenangkan bagiku. Aku bertanya ragu, inikah kamu yang mampu membuatku melamun sepanjang waktu? Tanpa kusadari, namamu sering kuselipkan dalam baris-baris doa. diam-diam aku senang menulis tentangmu, tersenyum tanpa sebab sambil terus mengayunkan jemariku menuliskan setiap kisah yang melibatkan dirimu.

Tanpa kesengajaan, kau hadir dalam mimpiku, memelukku dengan erat dan hangat, sesuatu yang belum tentu kutemukan dalam dunia nyata saat aku terbangun nanti Hari-hariku kini terisi oleh hadirmu, laju otakku kini tak mau berhenti memikirkanmu , aliran darahku menggelembungkan namamu dalam setiap tetes hemoglobinnya. Berlebihan kah? Bukankah mahluk Tuhan selalu bertingkah berlebihan ketika sedang jatuh cinta?

Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kau ciptakan dalam magisnya kehadiranmu. Astaga Tuhan, ciptaanMu yang satu ini membuatku pusing tujuh keliling karna tak bisa berhenti untuk terus memikirkannya! Setiap malam, ketika dingin menyergap tubuhku, aku malah membayangkanmu. bagaimana jika kamu memelukku? Bagaimana jika ini? Bagimana jika itu? Ah, selain indah ternyata kamu juga pandai menganggu pikiran seseorang, sehingga otakku hanya berisi kamu, kamu, dan kamu dalam berbagai bentuk!

Sepertinya aku mencintaimu… Pada setiap percakapan kecil yang berubah menjadi perhatian sederhana yang kau perlihatkan padaku.

Sepertinya aku mencintaimu… Dengan kebisuan penuh teka-teki yang kau sampaikan padaku. Kita hanya berbicara lewat jentikan dan ayunan jemari yang menciptakan kata-kata indah berupa pesan singkat.

Sepertinya aku mencintaimu… Karena aku sering merindukanmu, karena aku bahkan tak tahu mengapa aku bisa begitu menggilaimu.

Sepertinya aku mencintaimu… Kepada kamu, yang masih saja tak mengerti perasaanku.

Sayangnya, kita bertemu diwaktu yang tak tepat. Mungkin kebahagiaan untuk kita masih disimpan rapat-rapat oleh Tuhan. Sekarang bukanlah masa milik kita, mungkin esok hari? Mungkin lusa nanti? Lima atau sepuluh tahun lagi? Who knows?"

Untukmu, seseorang yang mampu membuatku tersenyum tanpa alasan yang jelas. Aku takut salah mengartikan perasaanku ini. namun aku sangat percaya bahwa perasaan ini tercipta karena mendukungnya situasi, hanya rasa tertarik yang muncul karena kita berbeda dimensi. Aku tak tahu perasaan ini harus disebut apa. Aku juga tak tahu bagaimana mempersepsikan kehadiranmu dalam hari-hariku.

Tapi... Kadangkala aku merasa bahwa kamu adalah bagian dari diriku, sedangkan aku bukanlah bagian dari dirimu. Pantaskah aku mengeluh jika sosokmu hanya membuat hatiku peluh?

Kepada dirimu , sosok yang entah harus kudeskripsikan seperti apa lagi.

Aku kebingungan. Jelas, aku sangat kebingungan! Katakan! Apakah kau kadang memerhatikanku? Seperti yang seringkali aku lakukan padamu. Hey! Aku tak berharap matamu melotot saat membaca tulisanku ini. Aku pun tak ingin mulutmu menganga karena kebingungan menatap setiap kalimat- kalimat yang aku tulis disini.

Mungkin, kau tak menyangka bahwa akulah yang menulis ini. Pasti kau membayangkan keseharianku lalu membandingkannya dengan semua yang aku ketikkan dalam tulisanku ini. inilah salah satu caraku untuk mengekspresikan diri untuk mengungkapkan sesuatu yang mungkin tak mampu untuk ku ucapkan.

Aku memang terlalu berdiam diri, atau katakan saja aku Gengsi ! Mungkin, kau benci sosok pengecut sepertiku ini. Mungkin, kau benci aku yang tak pernah menyapamu lebih dulu. Memang, ini salahku. Aku begitu cepat tergoda oleh pesonamu yang menyilaukan mata. Aku terlalu cepat memberhentikan hatiku di kamu.

Tapi tak bisakah kau menyapaku terlebih dahulu? Apakah hal itu sangat berat bagi mu? Sehingga kau tak mampu untuk mengekspresikan? sungguh, kesal dan iri rasanya ketika aku melihatmu menyapa temanku, orang yang aku kenal bebas tanpa ada beban sedikitpun. Tapi denganku? Sekedar menolehkan kepala untuk saling menukar senyumpun tak pernah kita lakukan, miris memang. Tapi itulah kita, sebegitu menyesakkan pun tetap menjadi sesuatu yang tak mungkin bisa terlupakan begitu saja :)


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar


Ping your blog, website, or RSS feed for Free ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free