selamat anda menjadi pengunjung ke

0

Manusia Paling Jenius Di Bumi William James Sidis

Selasa, 26 Juni 2012
Share this Article on :
....

James Sidis terlahir dengan nama lengkap William James Sidis pada tanggal 1 april 1898 Di Amerika Serikat , James Sidis merupakan manusia
paling jenius yang
pernah ada di muka bumi
dengan IQ (tingkat Kecerdasan) di atas
250-300 . Kejeniusannya mengalahkan Da Vinci , Einstein , Newton dan ilmuwan lainnya. Nama
James Sidis nyaris luput
dari hingar bingar
pemberitaan tentang
para jenius di jagat ilmu
pengetahuan.


Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan
sendiri dengan
menggunakan sendok
pada usia 8 bulan . Pada usia belum genap 2
tahun, Sidis sudah
menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya.
Semenjak saat itu
namanya menjadi
langganan headline surat
kabar. menulis beberapa
buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya
tentang anatomy dan
astronomy. Pada usia 11
tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda.
Harvardpun kemudian
terpesona dengan
kejeniusannya ketika
Sidis memberikan
ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.


James Sidis lulus cumlaude sebagai sarjana matematika di
usia 16 . Selanjutnya Ia melanjutkan kuliahnya
namun sempat tersendat
karena dibully oleh
sekelompok mahasiswa
yang tidak menyukainya.
Di usia 17 Sidis menerima tawaran sebagai asisten
dosen sambil
melanjutkan ke program
doktor namun sayang Ia
tidak menyelesaikan
studinya dengan alasan merasa frustasi oleh
sistem pembelajaran dan
perlakuan kakak
kelasnya. Saat itu Ia
sempat mengeluh, “ Aku tidak tahu kenapa
mereka memberiku
pekerjaan ini dan
menempatkanku
sebagai orang spesial,
aku sebenarnya tidak layak sebagai dosen. “

....

Lebih dasyat lagi, Sidis mengerti 200 jenis
bahasa di dunia dan
bisa
menerjamahkannya
dengan amat cepat
dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah
bahasa secara
keseluruhan dalam
sehari !!!! Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang seorang Psikolog handal
berdarah Yahudi. Boris
sendiri juga seorang
lulusan Harvard, murid
psikolog ternama William James (Demikian ia kemudian
memberi nama pada
anaknya) Boris memang
menjadikan anaknya
sebagai contoh untuk
sebuah model pendidikan baru sekaligus
menyerang sistem
pendidikan konvensional
yang dituduhnya telah
menjadi biang keladi
kejahatan, kriminalitas dan penyakit.

Di tahun 1919 , Sidis ditangkap dan ditahan
selama 18 bulan karena
keterlibatannya dalam
demo Socialist May Day di Boston. Saat itu Ia
membuat pernyataan
menentang wajib militer
pada perang Dunia I.
Penangkapannya itu
sempat menghebohkan media masa sebagaimana
saat Ia mengawali
kiprahnya sebagai bocah
jenius. Sejak keluar dari
penjara, Sidis kemudian
menghilang bak ditelan bumi dan setelah sekian
lama jejaknya terendus
oleh seorang reporter
yang bertemu dengan
seorang pemulung besi
tua nan papa, ternyata dialah ‘ William James Sidis. ‘

Siapa yang sangka William Sidis kemudian meninggal pada usia
yang tergolong muda, 46
tahun - sebuah saat
dimana semestinya
seorang ilmuwan berada
dalam masa produktifnya. Sidis
meninggal dalam
keadaan menganggur,
terasing dan amat miskin.
Ironis. Orang kemudian
menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia.
Popularitas dan
kehebatannya pada
bidang matematika
membuatnya tersiksa.
Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis
memang sempat
mengatakan kepada pers
bahwa ia membenci
matematika - sesuatu
yang selama ini telah melambungkan
namanya.

Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan
ia juga sering diasingkan
oleh rekan sekampus.
Tidak juga pernah
memiliki seorang pacar
ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah
selesai, ditinggal begitu
saja. Ia kemudian
memutuskan hubungan
dengan keluarganya,
mengembara dalam kerahasiaan, bekerja
dengan gaji seadanya,
mengasingkan diri. Ia
berlari jauh dari
kejayaan masa kecilnya
yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia
menyadarinya bahwa
hidupnya adalah hasil
pemolaan orang lain.
Namun, kesadaran
memang sering datang terlambat.

Mengharukan memang
usaha Sidis. Ada keinginan kuat untuk lari
dari pengaruh sang
Ayah, untuk menjadi diri
sendiri. Walau untuk itu
Sidis tidak kuasa. Pers
dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai
sebuah berita.
Kemanapun Sidis
bersembunyi, pers pasti
bisa mencium. Sidis tidak
bisa melepaskan pengaruh sang ayah
begitu saja. Sudah
terlanjur tertanam
sebagai sebuah bom
waktu, yang kemudian
meledakkan dirinya sendiri.

terima kasih telah berkunjung ke blog sederhana seadanya,blog'e tcah magetan,download aplikasi,game,mp3,semuanya enak hanya di tyocupu.jw.lt mau mau mau,kunjungi juga kota magetan banyak obyek wisata di magetan kota tercinta


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar


Ping your blog, website, or RSS feed for Free ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free